Senin, 28 Mei 2012

Cinta Bikin Konyol

Tentang GILA = CINTA


Banyak orang gila bertebaran di jalanan, mereka umumnya adalah orang stress, yang terlalu memikirkan sesuatu. Bisa jadi gila karena kehilangan pekerjaan (ini saking cinta-nya pada pekerjaan), atau gila karena ditinggal pacar (ini bukti saking cintanya pada pacar), atau gila karena kehilangan harta benda (ini bukti saking cintanya pada dunia). Orang gila bila bicara sesungguhnya tidak sendiri, dia mengajak yang dicintainya untuk bicara, tertawa atau mungkin tukar pikiran. Jarang memang ditemukan orang gila yang menangis, itu menjadi bukti dia hidup bahagia, karena dalam pikirannya dia sedang bersama yang digilainya…
“Gila itu timbul karena CINTA”.
Cinta yang sejati dipastikan akan mengakibatkan GILA (kalau tidak GILA maka dipastikan pula CINTAnya PALSU). Gila adalah dunia yang didalamnya hanya ada dua penghuni, yakni dirinya sendiri ditemani dengan yang dicintainya. Semua yang pikirkan orang yang ‘gila’ adalah (hanya) kekasihnya (tawajjuh), yang ada dalam hatinya adalah kekasihnya, semua hidupnya didarmakan untuk yang dicintainya bahkan matinya adalah untuk kekasih yang digilainya (baca: dicintainya).
“Tergila-gila karena cinta”  Ungkapan yang pas bagi para pecinta yang menjadi gila karena cinta. Lihat saja legenda Laila Majnun atau Romeo dan Juliet yang rela merenggut ajal demi kekasih yang dicintainya (ini contoh bentuk kegilaan cinta jiwa – mahabbatunnafs).
Legenda lainnya adalah Al-Hallaj, sang sufi legendaris yang saking cintanya menjadi “gila” atau “majzub” karena kecintaan kepada Tuhannya (dia membayangkan kalau dirinya telah menyatu dengan Tuhannya sampai tiada batas penghalang antara dia dengan tuhan, tiada jarak, tiada yang memisahkan kedekatan, cintanya sudah menyatu tidak hanya jiwa bahkan penyatuan raga (manunggaling kawula-gusti, paham yang sangat berbahaya bagi awam). Al-Hallaj rela mati ditebas algojo disaksikan para pembesar dan Mufti, Darah yang mengalir dari tebasan pedang mengalir membentuk tulisan “Allah” dalam huruf arab, sebelum akhirnya diserap bumi. SUBHANALLAH mungkin Allah membuktikan cintanya. (ini bentuk cinta Allah SWT – mahabbatullah)
Bukti cinta lain adalah Legenda Sang Karun. Konon Karun pada masa Nabi Musa AS, adalah saudagar yang kaya namun kikir. Saking banyak “kunci gudang hartanya” saja diangkut dengan kereta kuda. Sang Karun akhirnya dilaknat Allah SWT dan mati terkubur bersama harta bendanya (hingga menjadi legenda harta karun). Ini adalah bukti cinta dunia – mahabbattuddunya.
Cinta itu buta? Jawabannya tidak, cinta tidak buta namun membutakan. Cinta mampu memilah mana yang patut dicintai dan dibenci, cinta mampu memilih jalan menuju yang dicintai. Cinta bisa membutakan pikiran dan perasaan, dan memalingkan Pecinta kepada selain yang dicintainya.
“Gila itu ternyata kenikmatan yang tiada tara”. Bagaimana tidak nikmat bila selalu ditemani kekasih. Hanya dunia gila-lah yang menawarkan kesenangan abadi, tapi awas jangan salah pilih yang digilai (baca: yang dicintai). Jadi kenapa masih takut dikatakan gila?
Mana gila, mana cinta? Apabila kita telah sepakat bahwa gila=cinta, Nampaknya kita perlu membuat definisi baru tentang cinta dan gila. Seorang seperti Al-Hallaj tidak mungkin kita sebut dia “gila” bahkan dalam tanda kutip sekalipun, jadi sepantasnya kita kategorikan beliau mati karena cinta, inilah “cinta sejati”, sedangkan Karun tidak layak pula untuk dikatakan mati karena cinta dunia, tapi lebih pantas dikategorikan mati karena gila dunia, jadi karun adalah “gila sejati”. Lantas bagaimana dengan romeo-juliet atau laila majnun, gila atau cinta? Atau bagaimana dengan kisah anda? Manakah yang lebih pantas anda sandang “pecinta” atau orang gila?
Jawabannya barangkali tergantung niat. Apabila anda menyukai pasangan anda karena Allah (lillah) atau merawat harta dan dibelanjakan dijalan Allah (fisabilillah) serta senantiasa menjunjung nilai-nilai luhur ketuhanan (melalui ibadah), dipastikan anda ada dalam kecintaan kepada Allah SWT dan Allah SWT pun mencintai dan merindukan anda. Aamiin.. dan semoga tidak sebaliknya… na’udzubillah.  [m.a]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar